Kategori

Perfilman

BPI Mengapresiasi Kerja Komite FFI dan Dukungan Kementerian Kebudayaan Memajukan Perfilman Indonesia

15 November 2024
Oleh: Humas BPI

Estimasi dibaca dalam 3.2 menit

Jakarta, 14 November 2024

Komite FFI 2024-2026 menyelenggarakan konferensi pers di Graha Utama Lt. 3 Gedung A Ki Hajar Dewantara, Komplek Kemdikbud. Acara ini dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Bapak Fadli Zon, Wakil Menteri Giring Ganesha, serta Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia, Gunawan Paggaru.

FFI 2024 mengusung tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia”, yang bertujuan menciptakan ruang kolaborasi untuk menghidupkan semangat kesetaraan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia yang kreatif, inovatif, inklusif, dan produktif. “Tema ini adalah bentuk pemikiran Komite FFI 2024-2026 untuk menjaga jiwa FFI. Saya sangat mengapresiasi pilihan tema Komite karena telah menjaga roh FFI,” ujar Gunawan Paggaru dalam sambutannya. Ia juga mengingatkan bahwa pada tahun 1955, bersama sejumlah tokoh perfilman lainnya, H. Usmar Ismail menggagas Pekan Apresiasi Film Nasional yang kemudian bertransformasi menjadi Festival Film Indonesia (FFI). FFI lahir untuk memberikan penghargaan kepada insan perfilman sekaligus merayakan karya-karya berkualitas di tengah dinamika industri film nasional.

Persiapan Malam Anugerah FFI 2024

Komite FFI 2024-2026, yang dipimpin oleh Ario Bayu, telah bekerja keras mempersiapkan Malam Anugerah Piala Citra pada 20 November 2024 di ICE BSD, Tangerang. Ario Bayu, yang ditunjuk oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) sebagai Ketua Komite menggantikan Reza Rahadian, menyatakan, “Kami ingin menjadikan FFI tahun ini sebagai perayaan yang merangkul seluruh ekosistem perfilman Indonesia dan penonton tanah air.” Tahun 2024 menjadi tahun pertama bagi Komite FFI periode 2024-2026 untuk melanjutkan tradisi apresiasi tertinggi dalam perfilman Indonesia.

Kembalinya Piala Antemas

FFI 2024 juga akan menghadirkan kembali Piala Antemas, penghargaan untuk film Indonesia terlaris di bioskop. Piala ini, yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974, sempat terhenti pada 1992, kemudian muncul kembali di awal 2000-an, namun kembali ditiadakan. Penghargaan ini diambil dari nama Antemas, seorang produser dan distributor film legendaris.

Menghadirkan Piala Antemas pada FFI sebagai salah satu upaya memperkuat peran film, selain membangun budaya dan identitas bangsa. Film tidak hanya sebagai soft power untuk merawat kekayaan budaya yang kita miliki, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi nasional yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Dan sekali lagi, saya sangat mengapresiasi kerja Komite,” ujar Gunawan Paggaru.

Kembalinya Piala Antemas juga mencerminkan momentum kebangkitan perfilman Indonesia, yang tahun ini mencatat lebih dari 69 juta penonton di bioskop.

Proses Penjurian dan Hiburan di Malam Anugerah

Ketua Bidang Penjurian, Budi Irawanto, menegaskan bahwa proses penjurian FFI 2024 berlangsung ketat berdasarkan prinsip meritokrasi. “Karya yang memenangkan penghargaan FFI akan menjadi benchmark perfilman Indonesia, sekaligus menginspirasi lahirnya karya-karya yang lebih baik di masa depan,” ungkapnya.

Selain itu, Ario Bayu menyampaikan bahwa  Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024 akan dimeriahkan oleh penampilan penyanyi internasional, Anggun. Ia akan membawakan beberapa lagu tema film Indonesia dari berbagai periode, seperti “Panggung Sandiwara” (Duo Kribo, 1977), “Bimbang Tanpa Pegangan” (Tiga Dara, 1957), “Badai Pasti Berlalu” (Badai Pasti Berlalu, 1977), dan “Mengejar Matahari” (Mengejar Matahari, 2004). Penampilan Anggun ini menjadi refleksi perjalanan sinema Indonesia dari masa lalu hingga kini, serta simbol penghargaan terhadap karya sinema dari berbagai era.

Dukungan Pemerintah dan Perayaan Hari Film Nasional ke-75

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap kerja keras Komite FFI dan menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendukung penyelenggaraan FFI. “FFI sebagai ajang tertinggi penghargaan bagi insan perfilman diharapkan mampu menginspirasi sineas muda untuk terus berkarya dan memajukan kebudayaan kita. Saya juga berharap ke depannya lahir lebih banyak penulis skenario yang memiliki wawasan budaya dan latar belakang sastra,” ujar Fadli Zon.

Lebih lanjut, ia mendorong para sineas Indonesia untuk lebih banyak membuat film biopik atau kisah biografi tentang tokoh-tokoh nasional. Menurutnya, genre ini memiliki potensi besar karena Indonesia kaya akan tokoh-tokoh dari berbagai bidang dengan cerita hidup yang menarik, seperti Mohammad Hatta dan Soetan Sjahrir. “Kita belum banyak memiliki film yang mengangkat kisah perorangan semacam ini. Mungkin film tentang Soekarno sudah ada, tapi untuk dokumenter pun masih sangat sedikit. Padahal, dari cerita-cerita tokoh besar ini terdapat begitu banyak kisah dramatis. Sebagai contoh, kisah perjuangan Soetan Sjahrir dan Bung Hatta sangat layak untuk diangkat ke layar lebar,” jelasnya.

Fadli Zon juga menekankan daya tarik film biopik dalam menggambarkan tokoh inspiratif dengan penuturan yang apik dan penuh makna. Ia memberikan contoh film Back to Black (2024), biopik Amy Winehouse, yang menjadi salah satu tontonan terakhir yang dinikmatinya. Selain itu, Fadli Zon turut menyebut film Gandhi (1982) sebagai salah satu biopik yang dieksekusi dengan megah dan mampu meninggalkan kesan mendalam. "Film biopik mampu menjadi media untuk menggali nilai-nilai kepahlawanan dan inspirasi, sekaligus memperkaya wawasan budaya," tutupnya.

Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, turut memuji kualitas storytelling para sutradara Indonesia yang mampu menggugah emosi penonton. Ia juga menyoroti penampilan aktor-aktor berbakat, termasuk Ario Bayu.

Gunawan Paggaru menyampaikan bahwa Badan Perfilman Indonesia (BPI) akan menyelenggarakan perayaan 75 Tahun Hari Film Nasional pada bulan Maret 2025. Perayaan ini akan melibatkan seluruh stakeholder perfilman, baik dari tingkat nasional maupun internasional. Rangkaian acara mencakup pemutaran film-film pemenang FFI di berbagai kota di Indonesia serta di luar negeri, bekerja sama dengan diaspora dan mahasiswa Indonesia. “Kami telah berkomunikasi dengan beberapa negara, seperti Malaysia, Korea Selatan, Tiongkok, Brasil, Thailand, dan Filipina, untuk mengundang mereka dalam forum internasional yang menjadi bagian dari perayaan 75 Tahun HFN,” jelas Gunawan Paggaru.

Humas BPI