BPI
INDUSTRI FILM INDONESIA BERLAYAR TANPA NAHKODA, TANPA KOMPAS DAN PETA TUJUAN
JAKARTA, 30 Maret 2023. Pada puncak perayaan Hari Film Nasion 2023 di gedung film MT. Haryono dalam acara Sarasehan, Gunawan Paggaru selaku Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia menyapaikan bahwa Badan Perfilman Indonesia periode 2022-2026 genap setahun. Lebih lanjut dalam sambutannya, menyampaikan bahwa “Jika kita bicara tentang hari film nasional maka kita terbawa ke masa 73 tahun lalu ketika film nasional pertama kali dibuat oleh perusahaan Indonesia dan dikerjakan oleh orang indonesia. Dan begitu juga jika kita menyelenggarakan hari film nasional di gedung film, di tempat kita sekarang berada maka tentu saja kita juga akan bernostalgia tentang gedung ini”. Gedung film MT. Haryono memiliki sejarah yang panjang.
Gunawan Paggaru berharap Hari Film Nasional terus bisa kita jadikan sebagai momentum untuk mengukur atau sebagai pemicu lahirnya inisiatif-inisiatif baru untuk pengembangan Perfilman Nasional di masa mendatang. Melalui perayaan momen bersejarah ini, berbagai inisiatif-inisiatif itu harus terus dikoordinasikan dan disinergikan, sehingga setiap pelaksanaan tindakan dapat dipastikan akan menuju arah yang sama dengan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan.
Kesamaan tujuan sangat diperlukan untuk pemajuan Industri Perfilman Indonesia. Selama enam hari konferensi dari tanggal 6-11 bulan ini dengan menghadirkan 47 narasumber, dari pelaku pendidikan, pelaku usaha, pelaku kegiatan, profesi, pengambil kebijakan dan para pakar yang terkait perfilman. Terbaca dan tergambar jelas wajah perfilman indonesia.
Betul bahwa kita telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan perfilman, bertumbuhnya komunitas-komunitas film di seluruh wilayah Indonesia yang kemudian melahirkan filmaker-filmaker baru dan bahkan banyak yang telah mendapatkan tempat pada festival-festival internasional. Dan tercatat bahwa kita saat ini berada dalam suatu capaian yang sangat menggembirakan yang belum pernah kita capai sebelumnya. Market share film Indonesia di tahun 2022 telah mencapai 61 %, sudah melebihi film inport. Pertanyaan besar buat kami adalah apakah ini suatu keberuntungan atau kecelakaan? Dari 47 narasumber yang hadir dalam konferensi, satupun tidak ada yang menyinggung atau menyampaikan temuannya soal capaian ini, yang memiliki data yang valid.
Sebahagian besar narasumber menyampaikan masalah-masalah yang ada saat ini dalam industri film kita, khususnya soal banyaknya regulasi yang tidak harmonis terkait perfilman, sehingga tentu saja sangat berdampak dan bahkan cendrung membelenggu industri film kita untuk maju sesuai harapan kita semua. Namun kami tetap bersyukur bahwa selama enam hari konferensi kita dipaksa untuk melihat wajah kita. Kita dipaksa untuk bercermin.
Dalam rangkaian hari film nasional, selama 3 hari setelah konferensi kami pengurus BPI bersama dengan beberapa narasumber, membaca dan menelaah hasil konferensi dan kemudian tergambar betul bahwa Industri Perfilman Kita sedang berlayar namun nahkoda kapalnya tidak punya kompas dan bahkan tidak menggunakan peta karena peta yang biasa digunakan tidak lagi dapat dibaca karena usang sehingga perlu mengganti peta yang baru. Dan bahkan dalam konferensi ada yang menganalogikan bahwa kita ini orang buta dan dituntun oleh orang buta.